Aku dan Kamu Kembali di Bulan Juli
Oleh : Nur Aini Fadilla
Sore hari yang cerah dengan tiupan angin
sepoi-sepoi. Hamparan sawah yang luas dibelakang rumah dan rumah kayu kosong
tepat di samping rumahku. Aku duduk sendirian di teras rumah sambil mendengar
iringan musik dari salah satu lagu band favoritku “Adista”.
“Wah, suasana sore hari ini cerah banget.
Rumput hijau yang menari-nari disekeliling pohon pisang dan pohon kelapa
menambah indahnya panorama sore ini.”
“Kakak Shila kok senyum-senyum sendiri?
Hatinya sedang berbunga-bunga yah! Hayo ngaku deh!” ujar adikku Risya
mengejekku.
“Eh, ngapain elu kesini. Ganggu aja.”
“Ahh, kakak Shila. Aku ngga ingin ganggu
kakak. Aku cuma mau duduk aja disini.”
“Iya nih kak Shila. Betu..betul..betul.”
ucap adik sepupuku Arjun.
“Liat kakak Shila yang senyum-senyum tuh!”
ucap Risya berbisik kepada Arjun.
“Hey, apa yang kalian bisikkan itu?”
“Ihh, kakak galak amat sih. Santai aja
donk kak.”
“Hehehe.. he’e. Betul..betul!”
“Awas nah! Nih juga adik Arjunku kayak
Ipin aja.”
“Biarin :p. Ayo kak kita masuk saja. Kakak
Shila lagi asyik tuh, mikirin kakak Farhan.”
“Idih, sebut siapa tuh tadi? Aku engga salah dengar apa.”
“Yah, tidaklah Kakakku yang cantik pacarnya
Farhan. Hehehe, peace!”
“Risya.. kenapa sih nama dia kamu sebut
terus. Aku juga ngga pacaran lagi dengan dia. Sudah beberapa hari ini dia tidak
ada kabar.” ucapku dengan wajah cemberut.
“Cieellah... Kakak masih sayang kan dengan
Farhan. Ayo ngaku!”
“Risya..risya..” panggil kakekku.
“Ahh, sudahlah! Tuh dipanggil sama Bapak."
Hatiku yang tadinya gembira berubah
menjadi sedih. Aku teringat dengan Farhan lagi. “Hmm.. kenapa aku ingat dia lagi
sih. Dia pasti disana sudah punya pengganti aku, bahkan mungkin lebih cantik.
Udah beberapa hari ini dia engga ngasih kabar. Sms atau telepon pun tidak lagi.
Ahh lupain aja deh! Mendingan fokus dulu belajar, kan beberapa minggu kedepan
sudah ujian penaikan kelas. Peringkat
aku juga harus tetap dipertahanin.”
***
Beberapa minggu kemudian, aku masih saja
teringat dengan Farhan. Walaupun beberapa bulan yang lalu dia sudah buat akau
kecewa.
“Assalamualaikum...Shila..Shila..”
“Waalaikum salam. Ehh, Mita. Tumben
malam-malam gini kamu datang ke rumah! Mari masuk!”
“Hmm, iya. Shila aku ada tugas Bahasa
Indonesia. Bantu aku ya! Aku disuruh unth menyimpulkan cerita ini. Aku ngga
ngerti jalan ceritanya.” ucap Mita sambil menunjukkan tugasnya tersebut.
“Hmm, sini aku baca dulu.”
Malam
itu, Mita datang ke rumah dan aku pun curhat dengannya. Beberapa menit
kemudian...
“Nih sudah selesai tugasnya. Kamu baca
ulang lagi ya cerita ini. Kamu bakalan ngerti kok jalan ceritanya. Kamu bisa
tambahin juga menurut kata-kata kamu sendiri berdasarkan isi cerita ini.”
“Iya. Terima kasih ya Shila.”
“Iya. Sama-sama. Mita kamu nanti aja yah
pulangnya, aku ingin curhat sama kamu dan ini tentang Farhan.”
“Farhan? Kenapa? Hubungan kalian baik-baik
aja, kan!”
“Kamu masih ingat kan beberapa minggu yang
lalu dia telepon aku. Hubungan kami masih baik-baik saja, kan. Walaupun
semenjak dia buat aku kecewa dan harus berakhir tanpa ada kata PUTUS dari kami
berdua."
“Iya. Kamu jangan sedih gitu. Tapi disini
masalahnya apa?”
“Akhir-akhir ini Farhan engga ada kabar.
Apa dia sudah lupakan aku?”
“Shila, mungkin dia punya alasan dia
seperi itu. Jangan sedih lagi ya, kan ada aku sahabat kamu. Sudahlah! Oh iya,
aku, Lilis, dan Rahmi ingin buat acara loh. Kamu mau ikut?”
“Hm,
acara apa?”
“Kami ingin mendaki gunung yang ada di
Maddo itu loh. Sekalian juga kita bakar-bakar ayam dengan keluarganya Lilis.
Ikut saja ya. Hilangin kegalauanmu dengan ikut acara ini. Oke!”
***
12 Juni 2013...
“Assalamualaikum..” sebuah pesan pendek dari
Farhan. Aku balas sms dari dia dan kami ngobrol-ngobrol malam itu. Menanyakan kabar dan juga aktivitas saat itu.
"Lagi ngapain?" tanyaku.
"Gi nonton aja. Kita?"
"Baring-baring aja nih. Kita ma siapa disitu?” tanyaku melanjutkan percakapan saat itu.
“Sendiri.” jawabnya.
“Aooh, awas kalau lagi sendiri seperti itu. Nanti di dekat kamu ada sosok yang pakai baju putih loh dan rambutnya panjang!” ucapku menakut-nakutinya.
“Ngga papa itu memang teman aku kalau aku sendiri, itu disamping kamu juga ada.” ucapnya balas menakut-nakutiku.
"hmm.. ngga takut tuh :p"
"Lagi ngapain?" tanyaku.
"Gi nonton aja. Kita?"
"Baring-baring aja nih. Kita ma siapa disitu?” tanyaku melanjutkan percakapan saat itu.
“Sendiri.” jawabnya.
“Aooh, awas kalau lagi sendiri seperti itu. Nanti di dekat kamu ada sosok yang pakai baju putih loh dan rambutnya panjang!” ucapku menakut-nakutinya.
“Ngga papa itu memang teman aku kalau aku sendiri, itu disamping kamu juga ada.” ucapnya balas menakut-nakutiku.
"hmm.. ngga takut tuh :p"
Pukul 21.03, dia mengirim sebuah pesan
pendek yang harus diisi olehku. Dimana pesan itu tentang dirinya yang ingin
meminta pendapat tentangku. Aku tak mengisinya, malah aku kirim balik pesan
itu. Dia mengisinya dan dibagian pesan untukku, dia berkata, “Jaga Dirimu.”
Pesan itu yang membuatku penasaran. Ada apakah dibalik kalimat itu.
Kurang lebih sebulan setelah itu, tepatnya 11 Juli 2013 dia sms aku lagi dan seperti biasanya.
Aku mencoba mengingatkannya dengan tayangan drama komedi “OPERA VAN JAVA” drama komedi yang
dia senangi. Butuh waktu 10 menit, lalu dia membalasnya. Dia berkata,
"Kamu masih ingat yah dengan tontonan yang aku suka?"
"Iya donk, kan itu yang seringkali kamu tonton dan kamu pernah bilang bahwa kamu paling suka dengan tayangan itu."
Beberapa menit kemudian...
“Jujur sebenarnya aku masih sayang sama kamu, tapi aku ngga sanggup lihat kamu menderita karenaku. Karena biasanya cewek tuh ngga bisa kalau pacaran jarak jauh.” Lima menit kemudian, aku balas pesannya itu dan mengatakan bahwa
"Jujur, aku juga masih sayang sama kamu. hmm.. Dan Jarak Yang Jauh bukan dijadikan alasan dalam suatu hubungan jikalau sepasang kekasih itu memang serius menjalani hubungannya,"
"Kamu masih ingat yah dengan tontonan yang aku suka?"
"Iya donk, kan itu yang seringkali kamu tonton dan kamu pernah bilang bahwa kamu paling suka dengan tayangan itu."
Beberapa menit kemudian...
“Jujur sebenarnya aku masih sayang sama kamu, tapi aku ngga sanggup lihat kamu menderita karenaku. Karena biasanya cewek tuh ngga bisa kalau pacaran jarak jauh.” Lima menit kemudian, aku balas pesannya itu dan mengatakan bahwa
"Jujur, aku juga masih sayang sama kamu. hmm.. Dan Jarak Yang Jauh bukan dijadikan alasan dalam suatu hubungan jikalau sepasang kekasih itu memang serius menjalani hubungannya,"
***
Sejak saat itu, kami
kembali seperti dulu lagi. Kata sayang darinya kulihat dan kudengarkan lagi. Juli menjadikan kisahku dengannya berlanjut lagi. ( Wait for the rest of the story ! )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar