Sabtu, 06 April 2013

Next Story "Kisah Cinta Shila" Part 4

Inikah  Pengorbanan  Cinta
Oleh : Nur Aini Fadilla


    Langit malam begitu indah. Di sebuah lubang persegi di atas jendela kamarku terlihat bintang bertaburan di langit gelap itu. Sungguh indah cahaya bintang itu. Terpikir di benakku, Ibuku mungkin ada di antara cahaya bintang itu, tersenyum indah dengan senyumannya yang membuat kami bahagia. Di temani oleh para malaikat dan bidadari disana.

    Tiba-tiba handphoneku berdering, tanda sms masuk. Sebuah nama yang tak asing lagi, yaitu Farhan. Dia sms aku lagi dan mengatakan hal yang sama “Aku sayang kamu, Shila. Kamu mau gak jadi pacar aku?” Aku pun membalas smsnya itu. “Kalau kamu memang benar sayang sama aku, kamu telepon aku sekarang dan katakan hal yang tadi kamu katakan di smsmu itu.”

    Aku menunggu telepon dari dia. Aku pengen buktikan, apakah memang dia benar sayang sama aku. Mungkin hanya itu yang bisa aku syaratkan buat dia, karena tidak mungkin juga dia datang ke rumahku saat itu juga untuk mengatakan hal itu, sedangkan rumahnya berada di Kalimantan. Beberapa menit kemudian, dia meneleponku. Aku pun terima telepon dari dia. Awalnya tak ada suara sedikitpun, akan tetapi telepon itu tetap terhubung ke nomornya.

    “Assalamualaikum...  Selamat malam, Shila!” ucap Farhan.
    “Wa’alaikum salam, Selamat malam juga.”  jawabku.
    “Kamu lagi ngapain sekarang ?” katanya lagi.
    “Hmm, aku lagi baring-baring nih. Kalau kamu lagi ngapain?” balasku.
    “Sama, aku juga lagi baring-baring nih. Aduh, sudah nih basa-basinya. Shila... sebenarnya begini aku pengen... Hmm, yaa pengen curhat. A.aaku suka sama seorang cewek. Dia tinggal di Sulawesi Selatan. Tepatnya di Pekkae. Dia keponakan dari Tante Ani. Tapi, dia akan nerima aku ngga yah, jika aku ngungkapin perasaanku ke dia?” ucapnya dengan suara yang gugup.

   “Tapi?? Itu kan.....” ucapku tak meneruskan.
   “Ii..yah, Itu kamu. Shila aa..ku  sayang kamu! Sudah lama aku pendam perasaan ini. Kamu mau ngga jadi pacar aku?” kata Farhan dengan nada suara yang terus gugup.
  “Hmm,, begini kamu sekarang ada di Kalimantan, sedangkan aku ada di Sulawesi. Apakah kamu sanggup ngejalanin hubungan jarak jauh?” ucapku.
  “Iyah, aku sanggup. Aku sayang sama kamu. Rasa sayang itu ngga akan jadi penghalang cuma karena jarak dan waktu. Aku pasti bisa ngejalaninnya. Untuk itu, apakah kamu mau jadi pacar aku?” kata Farhan.
  “Hmm, baiklah. Aku harap perkataan kamu itu bisa kamu pertahankan.” kataku.
  “Jadi, kamu terima! Horeee... Aku seneng banget. Aku lega dengarnya. Aku pasti bisa pertahankan itu.” ucapnya.

     Tepat pada tanggal 29 Mei 2012. Aku jadian dengan Farhan. Aku dan dia ngobrol-ngobrol cukup lama malam itu.

***

     Seminggu berlalu, hubunganku dengan dia berjalan dengan baik. Komunikasi pun tetap berjalan lancar. Dia selalu membuat aku senang. Bercanda dan tertawa bersama. Dia mengingatkanku dengan masa kecil kami dulu. Di saat aku menangis, dia menyanyikan aku sebuah lagu, sehingga aku tersenyum kembali dan berhenti dari tangisanku. Walaupun kenangan itu udah aku lupa, tapi dia tetap mengingatkanku.

    Farhan suka sekali dengan tayangan reality show  ‘Opera Van Java’.  Hampir setiap hari dia utarakan gombalan pada tayangan kesukaannya itu kepadaku. Dengan kreativitasnya, dia juga menciptakan gombalan-gomabalan baru hanya untuk membuat aku tersenyum. Aku juga ngga mau kalah, hehehe.. Aku balas gombalannya itu. Yang membuat kami tertawa bersama lagi.

    Tak terasa, hubunganku dengan dia berjalan dua bulan. Saat itu, yang membuat aku senang karena dia merencanakan untuk datang ke Makassar sebelum ramadhan tiba. Dia juga berkata ingin datang ke rumahku untuk menemuiku. Karena rasa rindunya kepadaku. Sebelum kedatangannya itu berbagai persiapan pun aku lakukan agar disaat dia datang  nanti merupakan hari yang paling spesial buatnya. Alhamdulillah juga, saat itu aku punya uang lebih karena Bapakku mengirimkanku uang.

    Pagi hari di hari liburku, aku pun pergi ke pasar bersama tanteku. Tanteku udah lama tahu bahwa aku pacaran dengan Farhan. Aku pun belanja berbagai jenis makanan dan minuman di pasar itu hanya untuk dia. Aku hanya bisa membelinya karena aku tak ingin nenek aku tahu. Apalagi jika aku yang membuatnya sendiri, pasti nenekku akan curiga.

    Sebuah gelang cantik berwarna coklat kuning membuatku ingin memilikinya, sungguh cantik gelang ini. Perpaduan antara warna kesukaanku dan warna kesukaan Farhan. Coklat adalah warna kesukaanku dan kuning adalah warna kesukaan Farhan. Aku harap dia suka gelang ini. Di siang  hari yang panas, di mana matahari bersinar dengan teriknya. Aku pun pulang bersama tanteku dari pasar.

    Saat yang aku tunggu-tunggu, dimana Farhan akan tiba di pelabuhan Pare-Pare dan akan datang menemuiku. Aku perkirakan dia akan datang sore hari itu. Semuanya sudah siap termasuk hadiah spesial itu untuknya.  Di saat detik berganti menit, menit berganti jam, sore hari itu berlalu. Tak ada dia, dia tidak datang, handphoneku tak berdering. Teleponnya juga tidak ada, kemana dia ? Ku mencoba meneleponnya. Tapi,  “ Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif.” Kecewa yang aku rasakan saat itu.

 Tiga hari kemudian, Farhan meneleponku...

   “Sayang, aku tidak sempat singgah ke rumah kamu. Karena mobil yang aku tumpangi lewat Soppeng. Maafin aku yah! Insyaallah jika aku pulang nanti aku akan singgah di rumah kamu.”
  “Iyah,  tapi kamu janji kan akan singgah?” ucapku.
  “Iyah, Insyaallah.” ucap Farhan.

     Ketika dia meneleponku saat itu, seakan dia tidak bersemangat lagi. Ada apa gerangan dengan dia? Dia hanya berikan telepon itu kepada temannya. Aku hanya bicara dengan temannya itu. Tak ada suara yang aku dengar darinya. “Tolong berikan handphone ini pada Farhan, aku ingin bicara dengannya.”  Aku pun bicara dengan Farhan malam itu, tapi dia hanya berkata, “Ada apa sayang?”.

    “Kenapa kamu lemas begini bicaranya? Ada apa sih?” ucapku kepadanya.
   “Tidak apa-apa kok. Nih teman aku mau bicara.” Farhan memberikan telepon itu lagi kepada temannya.
   “Hmm, sudah dulu yah teleponannya. Ada yang ingin aku kerjakan. Assalamualaikum..” ucapku kepada teman Farhan itu.

***

     Waktu libur ramadhan telah usai, waktunya untuk sekolah dan melanjutkan sekolahku di masa SMA. Hmm.. Tapi, tak ada telepon dari dia. Sepulang sekolah, tanteku memanggilku dan berkata,

  “Mamanya Farhan tadi nelpon tante, katanya dia gak sempat untuk singgah kesini. Farhan tidak ingin  menelepon kamu, dia takut kalau kamu kecewa jika dia yang mengatakan hal itu. Karena mobil yang dia tumpangi itu harus lewat soppeng lagi.”
  “Hmm, percuma juga tante. Aku bosan dengar alasan dia itu. Mobilnya harus lewat soppenglah. Apalah. Andaikan dia usaha’in untuk bisa ketemu dengan aku. Katanya dia juga rindu sama aku. Tapi apa buktinya, tidak ada, kan! Ahh, percuma. Lebih baik hubunganku dengan dia berakhir sekarang.” ucapku dengan perasaan kesal dan kecewa.

      Hari itu juga hubunganku dengan Farhan berakhir. Walaupun tak ada kata PUTUS dari kami berdua. Aku hanya berharap suatu saat nanti akan ada orang yang benar-benar sayang sama aku. Benar-benar cinta sama aku. Terima aku apa adanya.  Terutama tidak akan mengutarakan janji saja, tapi dengan bukti. Bukti yang PASTI...  ( Wait for the rest of the story ! )

Next Story ‘Kisah Cinta Shila’ Part 3

Sahabat  Jadi  Cinta
Oleh : Nur Aini Fadilla

     Sahabat adalah seseorang yang paling mengerti tentang kita, rela menghabiskan waktunya untuk mendengarkan curahan hati kita. Sahabat tidak akan membuat kita sedih, dia membuat kita selalu tesenyum. Rahasia yang dia ketahui tidak akan diberitahukan kepada siapapun. Itulah sahabat menurut aku. Tapi apakah mungkin Sahabat bisa jadi Cinta ?
    Aku mempunyai seorang sahabat cowok. Dia bernama Haprisan Farhan. Biasanya dia aku panggil Farhan. Setelah empat tahun terpisah karena dia ikut keluarganya dan melanjutkan sekolahnya di luar kota, komunikasi aku dan dia tidak berjalan lancar. Akan tetapi saat di tahun 2012, aku dapat berkomunikasi lagi dengan dia. Walaupun hanya teleponan dan pesan pendek, aku tetap merasa senang.
   Pada awal dia meneleponku, dia kerjain aku. Awalnya sih aku ngga tau. Tapi walaupun begitu, aku tetap tahu bahwa itu pasti dia, sahabat semasa kecilku. Sifatnya masih seperti yang dulu, yang gokil, suka bercanda, dan asyik diajak ngobrol. Hanya satu sifat tambahan dia yaitu suka gombal seperti tayangan reality show ‘ Opera Van Java’, sebuah reality show yang dia sukai.
   Hari berganti hari, komunikasi aku dan dia tetap berjalan lancar. Tak lupa juga aku sering ngobrol dengan adiknya yaitu Unnu. Adik dia yang unyu-unyu. Teringat pada saat aku berusia 9 tahun, Farhan dan adiknya Unnu datang ke rumahku untuk menghadiri acara Ulang Tahunku yang ke-9. Saat itu kami masih kekanak-kanakan. Bermain seperti layaknya anak kecil. Kenangan itu tidak akan aku lupakan, dan juga kenangan foto dia dan adiknya pada saat ulang tahunku. Setiap aku mengingat kejadian itu, aku selalu saja tersenyum, kadang senyum-senyum sendiri. Sampai-sampai aku dikira orang gila sama adikku. Hehehe.... 
   Selama dua minggu itu, kegalauanku selama 1 bulan yang lalu mulai reda dan hilang perlahan-lahan. Sakit hati yang pertama kali yang telah aku rasakan karena telah dibuat kecewa oleh mantan aku ‘Revan’, seakan-akan sirna di terbangkan oleh angin. Masa lalu biarlah berlalu, dan biarlah menjadi kenangan. Saat ini aku akan memulainya, mungkin dari awal lagi. Aku harap tidak ada kekecewaan lagi yang aku rasakan, dan itu pada diri seorang sahabat. Sahabat semasa kecilku, yaitu Farhan. “ Aku hanya bertanya-tanya, Apakah mungkin Sahabat bisa jadi Cinta ? Ini bukan sebuah judul film maupun judul lagu, karena hal inilah yang aku rasakan pada diri seorang ‘Farhan’. Farhan sahabat semasa kecilku.”
   Aku merasakan hal yang berbeda pada dirinya, perasaan Jatuh Cinta. Jatuh Cinta pada sahabat. Dia juga hadir di saat yang tepat. Menurut aku, dia orangnya baik, penyayang dan lebih dewasa. Dia selalu mengirimkan kata-kata Cinta melalui pesan pendek. Walaupun aku lebih tua dari dia, karena perbedaan umur selisih dua tahun. Tapi, inilah yang aku rasakan. Menurut remaja yang lagi merasakan Jatuh Cinta, apalagi karena jarak yang jauh, perasaan kangen melanda. Bahkan anehnya, kangennya sampai stadium 4. Lucu juga sih, kangen sampai stadium 4. Sakin aneh dan lucunya, akhirnya aku update status di facebook aku ‘Kangen Stadium 4’. Hahaha, emangnya ada yah ? kangen seperti itu ! Itulah yang aku rasakan.
   Hari-hariku terasa lebih berwarna dengan hadirnya sahabat semasa kecilku. Tak terasa sebulan pun berlalu, komunikasiku dengan dia berjalan lancar. Suatu malam, dia mengirimkanku pesan pendek dan isi pesan itu, dia berkata ” Aku sayang sama kamu, Shila.” Aku memang sayang dengan dia, tapi aku tak ingin mendalaminya terlebih dahulu. Aku tak ingin sakit hati untuk yang kedua kalinya. Untuk itulah, aku mempelajari sikapnya terlebih dahulu. Itu mungkin butuh waktu satu bulan bahkan lebih. Apakah dia masih seperti yang dulu atau sudah berubah........ ( Wait for the rest of the story ! )