Jumat, 10 Januari 2014

Kisah Cinta Shila Part 8



Aku dan Kamu Kembali di Bulan Juli
Oleh : Nur Aini Fadilla

Sore hari yang cerah dengan tiupan angin sepoi-sepoi. Hamparan sawah yang luas dibelakang rumah dan rumah kayu kosong tepat di samping rumahku. Aku duduk sendirian di teras rumah sambil mendengar iringan musik dari salah satu lagu band favoritku “Adista”.
“Wah, suasana sore hari ini cerah banget. Rumput hijau yang menari-nari disekeliling pohon pisang dan pohon kelapa menambah indahnya panorama sore ini.”
“Kakak Shila kok senyum-senyum sendiri? Hatinya sedang berbunga-bunga yah! Hayo ngaku deh!” ujar adikku Risya mengejekku.
“Eh, ngapain elu kesini. Ganggu aja.”
“Ahh, kakak Shila. Aku ngga ingin ganggu kakak. Aku cuma mau duduk aja disini.”
“Iya nih kak Shila. Betu..betul..betul.” ucap adik sepupuku Arjun.
“Liat kakak Shila yang senyum-senyum tuh!” ucap Risya berbisik kepada Arjun.
“Hey, apa yang kalian bisikkan itu?”
“Ihh, kakak galak amat sih. Santai aja donk kak.”
“Hehehe.. he’e. Betul..betul!”
“Awas nah! Nih juga adik Arjunku kayak Ipin aja.”
“Biarin :p. Ayo kak kita masuk saja. Kakak Shila lagi asyik tuh, mikirin kakak Farhan.”
“Idih, sebut siapa tuh  tadi? Aku engga salah dengar apa.”
“Yah, tidaklah Kakakku yang cantik pacarnya Farhan. Hehehe, peace!”
“Risya.. kenapa sih nama dia kamu sebut terus. Aku juga ngga pacaran lagi dengan dia. Sudah beberapa hari ini dia tidak ada kabar.” ucapku dengan wajah cemberut.
“Cieellah... Kakak masih sayang kan dengan Farhan. Ayo ngaku!”
“Risya..risya..” panggil kakekku.
“Ahh, sudahlah! Tuh dipanggil sama Bapak."

Hatiku yang tadinya gembira berubah menjadi sedih. Aku teringat dengan Farhan lagi. “Hmm.. kenapa aku ingat dia lagi sih. Dia pasti disana sudah punya pengganti aku, bahkan mungkin lebih cantik. Udah beberapa hari ini dia engga ngasih kabar. Sms atau telepon pun tidak lagi. Ahh lupain aja deh! Mendingan fokus dulu belajar, kan beberapa minggu kedepan sudah  ujian penaikan kelas. Peringkat aku juga harus tetap dipertahanin.”

***

Beberapa minggu kemudian, aku masih saja teringat dengan Farhan. Walaupun beberapa bulan yang lalu dia sudah buat akau kecewa.
“Assalamualaikum...Shila..Shila..”
“Waalaikum salam. Ehh, Mita. Tumben malam-malam gini kamu datang ke rumah! Mari masuk!”
“Hmm, iya. Shila aku ada tugas Bahasa Indonesia. Bantu aku ya! Aku disuruh unth menyimpulkan cerita ini. Aku ngga ngerti jalan ceritanya.” ucap Mita sambil menunjukkan tugasnya tersebut.
“Hmm, sini aku baca dulu.”

            Malam itu, Mita datang ke rumah dan aku pun curhat dengannya. Beberapa menit kemudian...
“Nih sudah selesai tugasnya. Kamu baca ulang lagi ya cerita ini. Kamu bakalan ngerti kok jalan ceritanya. Kamu bisa tambahin juga menurut kata-kata kamu sendiri berdasarkan isi cerita ini.”
“Iya. Terima kasih ya Shila.”
“Iya. Sama-sama. Mita kamu nanti aja yah pulangnya, aku ingin curhat sama kamu dan ini tentang Farhan.”
“Farhan? Kenapa? Hubungan kalian baik-baik aja, kan!”
“Kamu masih ingat kan beberapa minggu yang lalu dia telepon aku. Hubungan kami masih baik-baik saja, kan. Walaupun semenjak dia buat aku kecewa dan harus berakhir tanpa ada kata PUTUS dari kami berdua."
“Iya. Kamu jangan sedih gitu. Tapi disini masalahnya apa?”
“Akhir-akhir ini Farhan engga ada kabar. Apa dia sudah lupakan aku?”
“Shila, mungkin dia punya alasan dia seperi itu. Jangan sedih lagi ya, kan ada aku sahabat kamu. Sudahlah! Oh iya, aku, Lilis, dan Rahmi ingin buat acara loh. Kamu mau ikut?”
“Hm,  acara apa?”
“Kami ingin mendaki gunung yang ada di Maddo itu loh. Sekalian juga kita bakar-bakar ayam dengan keluarganya Lilis. Ikut saja ya. Hilangin kegalauanmu dengan ikut acara ini. Oke!”

***

12 Juni 2013...

“Assalamualaikum..” sebuah pesan pendek dari Farhan. Aku balas sms dari dia dan kami ngobrol-ngobrol malam itu. Menanyakan kabar dan juga aktivitas saat itu. 
"Lagi ngapain?" tanyaku.
"Gi nonton aja. Kita?"
"Baring-baring aja nih. Kita ma siapa disitu?” tanyaku melanjutkan percakapan saat itu. 
“Sendiri.” jawabnya. 
“Aooh, awas kalau lagi sendiri seperti itu. Nanti di dekat kamu ada sosok yang pakai baju putih loh dan rambutnya panjang!” ucapku menakut-nakutinya. 
“Ngga papa itu memang teman aku kalau aku sendiri, itu disamping kamu juga ada.” ucapnya balas menakut-nakutiku.
"hmm.. ngga takut tuh :p"

Pukul 21.03, dia mengirim sebuah pesan pendek yang harus diisi olehku. Dimana pesan itu tentang dirinya yang ingin meminta pendapat tentangku. Aku tak mengisinya, malah aku kirim balik pesan itu. Dia mengisinya dan dibagian pesan untukku, dia berkata, “Jaga Dirimu.” Pesan itu yang membuatku penasaran. Ada apakah dibalik kalimat itu.

Kurang lebih sebulan setelah itu, tepatnya 11 Juli 2013 dia sms aku lagi dan seperti biasanya. Aku mencoba mengingatkannya dengan tayangan drama komedi “OPERA VAN JAVA” drama komedi yang dia senangi. Butuh waktu 10 menit, lalu dia membalasnya. Dia berkata, 

"Kamu masih ingat yah dengan tontonan yang aku suka?"
"Iya donk, kan itu yang seringkali kamu tonton dan kamu pernah bilang bahwa kamu paling suka dengan tayangan itu."

Beberapa menit kemudian...
 
Jujur sebenarnya aku masih sayang sama kamu, tapi aku ngga sanggup lihat kamu menderita karenaku. Karena biasanya cewek tuh ngga bisa kalau pacaran jarak jauh.” Lima menit kemudian, aku balas pesannya itu dan mengatakan bahwa  

"Jujur, aku juga masih sayang sama kamu. hmm.. Dan Jarak Yang Jauh bukan dijadikan alasan dalam suatu hubungan jikalau sepasang kekasih itu memang serius menjalani hubungannya,"    
***
Sejak saat itu, kami kembali seperti dulu lagi. Kata sayang darinya kulihat dan kudengarkan lagi. Juli menjadikan kisahku dengannya berlanjut lagi. ( Wait for the rest of the story ! )

Kisah Cinta Shila Part 7



SANDI
Oleh : Nur Aini Fadilla


Di pagi yang cerah ini, hatiku sangat bahagia. Sudah lama aku tidak merasakan ke bahagiaan seperti ini. Kebahagiaan dimana aku merasakan sesuatu  yang berbeda bersemi kembali di hatiku. Masalah dengan penuh tanda tanya itu telah terjawab sudah di balik pembicaraanku dengan mama Farhan dua hari yang lalu. Perasaanku yang dulu sulit memudar seakan-akan kembali utuh dengan adanya semangat cinta, hatiku kembali merasakan cinta yang dulu pernah singgah namun terbang entah kemana.

        “Shila, kamu kelihatannya senang banget. Ada apa? Cerita dong! “ucap sahabatku hapdaliah.
         “Hehehe, mau tahu aja atau mau tahu banget?” ucapku sambil melontarkan candaan kepada sahabatku itu.

  Sahabatku hapdaliah masih penuh dengan tanda tanya karena melihat kesenanganku. Hingga tiba waktunya pada saat jam istirahat, aku menceritakan kegembiraanku itu kepada hapdaliah.

 “Shila, cerita dong ma aku. Aku dari tadi penasaran loh dengan kesenangan kamu hari ini.”
“kenapa yah? Kasi tahu ngga yah?”
“Kasi tahu dong! “
 “Begini loh hapda, soal teleponan aku sabtu kemarin itu loh. Mamanya Farhan?”
  “Hmm, iyah. Emangnya kenapa dengan mamanya Farhan? Cepetan dong ceritanya ntar ke buru kita masuk lagi.”
  “Iya deh, mamanya Farhan masih mengharapkan hubungan aku dengan Farhan berlanjut.”
  “Ahh, yang benar? Bagus dong kalau gitu.”

        Di saat susah maupun senang, hal ini pasti tak lupa aku ceritakan kepada hapdaliah, walaupun terkesan menurut teman-teman hapdaliah orangnya pendiam. Tapi dia orangnya asyik di ajak curhat.

               Sepulang sekolah, aku pulang bersama dengan hapdaliah. Rasa senangku masih tetap menggebuh. Sekitar 15 menit perjalanan dari SMA NEGERI 1 BARRU, aku pun tiba di rumah kesayanganku di padaelo kecamatan tanete rilau.

       Handphoneku berdering, satu pesan diterima dari Haprisan Farhan.

            “Hahahay, senyum-senyum ni ye kakakku. Pesan dari Farhan yah? Ayo ngaku! Tadi pagi dia  juga sms kakak. Cwet, cwet..” ucap adikku Risya.
“Emangnya kenapa kalau gue senyum, masalah yah buat loh?”
“Iya, masalah emang. Kan jadinya ribet kalau kakak terus senyum-senyum sendiri. Bisa-bisa kakak dimasukin ke rumah sakit jiwa. Hehehe...”
“Risya.....”
“Peace kakakku, ayo lari nanti kakak Shila semakin gila tuh.. Tante Ani kakak Shila tuh, dia gila!”
“Risya, aku ngga gila tahu! Pergi sana? Huss..huss”

           Pesan dari Farhan yang menyapaku membuat hatiku semakin bahagia tak menentu. Sms itu terus berlanjut hingga malam hari. 

***

            Luka ini memang membuat hati ini sakit. Jujur aku bersedih karena kau telah membuat kecewa karena janji yang tak sengaja kau ingkari. Namun aku akan lebih dewasa jika bisa melewati semua ini. Setelah mama kamu menjelaskan semuanya, aku jadi tahu bahwa kamu benar-bnar menyayangiku.

Kringg..kringg...
Handphoneku berdering kembali, ternyata telepon dari Farhan malam ini.

“Assalamualaikum..” kata Farhan dengan nada suara yang ingin membuat lelucon.
“Wa’alaikum salam” jawabku.
“Ehem..ehem,, Pa kabar?”
“Alhamdulillah, baik. Kamu gimana kabarnya?”
“Hmm, Alhamdulillah. Aku juga disini baik-baik aja.”

            Di tengah-tengah obrolan kami, dia bertanya, “Siapa pacar kamu sekarang?”.

 “Hmm, ngga ada, aku ngga punya pacar. Emangnya kenapa?” kataku heran.
“Ngga papa, aku cuma bertanya saja.
“Kirain kamu udah punya pacar!”.
“Heheh, ngga ada kok. Kamu pasti udah punya pacar yah? Hayoo!!”.
“Ngga ada juga. Kan aku punya seseorang yang masih aku sayang?”
“Hmm, apa? Kamu bilang apa tadi? Cwet.cwet.. Siapa tuh?”
 “Eh, ngga ada papa kok. Oh iya, ada yang nitip salam sama kamu? Namanya Sandi!”
 "Sandi? jangan-jangan dia kenal dengan mantan aku. hmm..." pikirku penuh tanya.
 “Hah? Sandi? Perasaan aku ngga punya kenalan deh yang namanya Sandi. Ada-ada aja kamu.”
 “Cie, cie.. Aku jadi cemburu nih? Ehem, ehem.." 
 “Aduh, gimana sih. Aku ngga kenal juga orang itu. Ngga papa lagi kalau dia nitip salam. Hehehe..”
“Kamu mau tahu sandi itu siapa? Sandi itu, Saya Sendiri. Hehehe..” 
 “Hmm... Ada-ada aja kamu.” 
 “Iyah, emang bener kok. Hmm..”

Menjelang magrib, kami masih saja ngobrol sampai-sampai sahabat aku Mita berkata,”Shila, lama banget kamu neleponnya? Aku saja yang sedari tadi teleponan dengan Kak Iwan, udah selesai. PEACE!!”. ”Hehehe, hutts..” ( Wait for the rest of the story ! )

Kisah Cinta Shila Part 6



Pembicaraan Via Telepon
Oleh : Nur Aini Fadilla

Melupakanmu butuh waktu yang lama. Entah mengapa? Aku butuh kamu dalam hidupku. Cinta, cinta itu misterius. Sulit ditebak apa maunya. Tapi cinta itu sebuah kebutuhan setiap insan di dunia.

Sabtu, 25 Mei 2013...

            Waktu menunjukkan pukul 13.00 WITA. Saatnya berangkat ke sekolah dan melanjutkan aktivitas yakni latihan upacara. Tenth Six mendapat giliran bertugas upacara pada hari seninnya.

Di perjalanan....

085265xxxxxx
            Nomor handphone asing meneleponku. Tak ada suara, namun setika itu pula sms masuk.  Short Message : “Diangkat yah teleponnya! Ini tante, mamanya Farhan.”

            Jantungku berdebar tak menentu. “Ada apa ini? Kok mamanya Farhan pengen nelepon aku?” ucapku dalam hati. Short Message Answer :
 “ Tante, nanti yah meneleponnya karena sekarang aku lagi naik mobil. Maaf yah tante, nanti kalau udah tba di sekolah aku sms tante.”

Tiba di sekolah...

            Handphoneku berdering. Sebuah nama yang tak asing lagi yakni mamanya Farhan meneleponku seperti apa yang aku janjikan tadi.

“Halo, assalamualaikum.” ucap mama Farhan sembari memulai pembicaraan via telepon.
“Wa’alaikum salam, tante.” jawabku.
“Nih dengan nak Shila yah? Bagaimana kabar kamu dan keluarga disana?”
“Alhamdulillah, baik kok tante. Kalau tante gimana kabarnya?”

           Obrolan terus berlanjut hingga pada inti pembicaraan mengenai hubungannya dengan Farhan. Mama Farhan masih menginginkan hubungan Shila berlanjut. Menceritakan banyak hal tentang Farhan hanya untuk Shila.
 “Nak, kamu sekarang udah kelas berapa?” tanya mama Farhan.

“Aku udah kelas 1 SMA tante. Gimana dengan Farhan tante, lanjut SMAnya dimana tante?” jawabku sembari menanyakan tentang Farhan.
“Tante lanjutin sekolahnya Farhan di Mamuju karena disana dia juga bisa tinggal bersama Neneknya. Cita-citanya untuk menjadi seorang dokter sangat kuat. Dia pernah cerita sama tante mengenai keinginannya untuk membahagiakan tante. Dan hal itu membuat tante terharu mendengarnya.” ujar Mama Farhan yang menceritakan banyak hal tentang Farhan.
“Iyah tante, dia juga pernah cerita sama aku mengenai cita-citanya yang kuat itu untuk menjadi serang dokter.”
“Oh iyya, nak umur kamu udah berapa?”
“Kalau umur aku tante udah 16 tahun. Kelahiran tahun 1996, tante.”
“Tepat banget nak, Farhan suka dengan orang  yang lebih dewasa dari dia. Dan itu adalah kamu. Farhan kelahirannya tahun 1998. Tepatnya pada awal bulan januari.”
“Hmm, iyah tante.” ucapku dengan senyum bahagia.
“Tante juga pengen cerita sama kamu dan sekaligus tante dengan Farhan minta maaf karena ramadhan kemarin tante belum sempat datang ke rumah kamu. Saat itu, farhan ingin sekali menemuimu karena ada sebuah hadiah yang ia ingin berikan kepada kamu. Farhan merasa malu untuk bicara dengan kamu karena ia takut buat kamu kecewa. Untuk itu tante hanya menyampaikan hal itu pada tante Ani.”  
                                         
 “Hmm, iya tante. Ngga papa kok.”
 “Tapi Farhan merasa bersalah sama kamu, shila. Pada saat mobilnya lewat soppeng. Farhan bilang rumahnya shila mana, ma.  Ayo kita mampir dulu ke rumahnya untuk memberikan hadiah ini. Tante cuma bisa bilang bahwa pulang nanti kita singgah kok ke rumah shila. Namun nyatanya pada saat pulang pun mobilnya tetap lewat soppeng.”
“Aduh, tante. Tidak papa kok. Kan bisa lain kali tante datang ke rumah aku bersama Farhan.”
“Iya, nak. Rencananya tante pada saat idul adha tante pengen ke rumah nak Shila. Karena kebetulan juga neneknya Farhan ingin berangkat haji.”
“Iyah, tante. Aku tunggu yah kedatangannya.”

            Itulah pembicaraan aku dengan mama Farhan. Aku senang banget mendengarnya. Ternyata mama Farhan menyetujui hubungan kami berdua terus berlanjut. Perasaanku kepada Farhan masih sangat melekat di hatiku. Tak bisa ku pungkiri bahwa aku masih sayang dia... ( Wait for the rest of the story ! )