Minggu, 24 Februari 2013

Next Story "Kisah Cinta Shila" Part 2

SI  MISTERIUS 
Created by :  Nur Aini Fadilla

     Sore hari yang cerah, aku dan adikku sedang asyik nonton di kamar. Tiba-tiba handphone aku berdering. Nomor yang tidak aku kenal meneleponku. Aku pun mengangkat telepon tersebut, ternyata yang aku dengar adalah suara seorang cowok. Aku mencoba menanyakan siapa gerangan yang meneleponku itu.
      Orang itu tetap tidak ingin memberitahukan namanya. Jadi aku panggil aja dia Si Misterius. Abisnya dia benar-benar misterius. Dia orangnya asyik diajak ngobrol, humoris dan dewasa. Tapi, tetap aja aku penasaran. Sepertinya dia juga kenal banget dengan aku. “Hem, bener-bener misterius!”
     Si Misterius itu hanya berkata, “Kamu lupa yah dengan aku, coba kamu ingat-ingat!”
     Aku pun berkata, “Ahh, kamu siapa yah, bikin penasaran aku aja. Iyah, aku benar-benar nggak tahu siapa kamu?”
     Si Misterius itu berkata lagi, “ Coba kamu ingat-ingat, masa kamu lupa dengan aku sih? Ini PR buat kamu yah untuk cari tahu tentang aku.”  ( hehehe.. Pakai PR segala, emang sekolahan)
     “Ya udah deh, pasti Aku akan cari tahu tentang kamu.” kataku dengan penuh penasaran.
      Aku mencoba menanyakan tentang ini kepada tanteku. Tante yang sering aku temanin curhat dan super gokil.  Karena jika Aku punya masalah, seberat ataupun sekecil apapun itu pasti Aku memberitahukan  hal itu kepada tanteku.
    “Tante tahu nggak nomor handphone ini? Dia nelepon aku barusan. Sepertinya dia juga kenal banget dengan aku.” ucapku.
     Tante aku berkata, “ Mungkin itu Farhan teman semasa kecil kamu dulu, mamanya juga udah nelepon tante kemarin dan katanya Farhan minta nomor handphone kamu. Ya udah, tante kasi deh!”
    “Farhan siapa yah tante? Kan temen aku yang namanya Farhan ada dua. Temen waktu aku masih Sekolah Dasar dan teman Aku waktu masih di desa.” Kataku yang benar-benar bingung.
    “Cie, cie... Farhan siapa tuh kak? Kakak banyak fans juga yah? Mungkin saja itu....” kata adikku Risya.
    “ Mungkin siapa juga? Mantan aku? Ahh, masa sich? Tapi siapa yah?” kataku sambil bertanya-tanya kepada adikku Risya.
    “Farhan, teman kamu waktu tante dulu masih tinggal di desa. Masa kamu nggak ingat sih! Yang nama adiknya itu Unnu dan Dinda. Yang suka kamu dulu waktu masih kecil.” kata tanteku sambil mengingatkan.
    “Yah, aku ingat. Sekarang aku ingat. Farhan yang super duper kono’ itu kan tante? Ahh tante, kok nggak bilang-bilang dengan Aku dulu sih untuk memberikan nomor handphone Aku ke dia. Itu kan, dia kerjain aku deh!” kataku dengan bibir yang manyun. 
    Segera aku pun masuk ke kamarku. “ Ahh, ternyata kamu yah Farhan. Awas yah, Aku bakal kerjain balik kamu deh. Emang dasar sifat kono’ kamu nggak berubah-ubah, masih saja seperti yang dulu, suka ngerjain aku! Isshh....”

***

     Esok pagi handphone aku berdering lagi, ternyata telepon dari orang misterius itu yang tak lain adalah Farhan teman semasa kecil aku. Dia masih saja kerjain aku. Dia tetap saja nggak ingin memberitahukan namanya. Tapi biarpun dia sembunyi’in gitu, aku tetap tahu kok bahwa itu Farhan. Karena Aku kenal dari cara dia bicara, sampai-sampai dia kecoplosan cari tante Aku.
    “hahahah, kamu ketahuan kan, jadi jangan bohong sama Aku deh.. Aku tahu dari cara kamu bicara. Kamu udah dewasa yah? Dan masih saja selalu ngejek aku! Iyyyuu..” kataku sambil teleponan dengan Si Misterius itu.
    “Kamu cari tahu aja tentang aku? Satu minggu lagi aku beri tahu kamu deh. Kalau boleh tahu Farhan itu siapa yah?” kata Si Misterius itu diselingi dengan bercanda.
    “ Ahh, lama banget. Pasti kamu kan Farhan?  Farhan teman kecil Aku. Ngaku aja deh? Nggak usah kerjain Aku kayak gini. Bikin penasaran Aku aja!” kataku kepada Si Misterius itu.
        Akan tetapi, dia tetap saja nggak mau memberitahukan namanya dan tempat tinggalnya. Dia hanya beritahu Aku inisial namanya yaitu ‘H’. Aku benar-benar dibuat penasaran oleh Si Misterius itu. Karena yang Aku tahu kenalan cowok Aku nggak ada yang inisial namanya ’H’. Aku tetap yakin bahwa itu Farhan. Farhan udah minta nomor Aku kepada tante Aku. Terus tante Aku juga udah memberikan nomor handphoneku. Pasti itu Farhan yang ingin kerjain Aku.
       Esok harinya, Si Misterius itu nelepon lagi. Saat itulah, semuanya terbongkar bahwa dia adalah Farhan sahabat semasa kecilku dulu. Ternyata inisial ‘H’ itu adalah nama lengkapnya yaitu Haprisan Farhan.
      “Hem, iyah yah.. Sampai-sampai nama lengkapnya kamu Aku lupa juga.” kataku tersipu malu. Selama empat tahun terpisah, saat inilah dia hadir lagi. Dia hadir dengan orang yang berbeda, orang yang lebih dewasa. Bahkan Aku sadar, bahwa Farhan lebih dewasa daripada Aku. Padahal umur Aku dan dia cuma selisih dua tahun. Disinilah Aku mengawali persahabatan yang dulu sempat terlupakan. Aku harap dia dapat jadi sahabat baikku, yang menemaniku dalam suka maupun duka... ( Wait for the rest of the story ! )

Story "Kisah Cinta Shila" Part 1

   KISAH  CINTA  SHILA 
Created by : Nur Aini Fadilla


        Burung-burung berkicau sangat indah, ayam berlomba-lomba berkokok. Tandanya matahari telah menampakkan dirinya. Pagi itu begitu cerah, begitupun dengan perasaan Shila yang bahagia dan degdegan. Shila memulai aktivitasnya dengan berangkat ke sekolah, karena hari itu di sekolahnya akan diadakan ujian sekolah. Dia pun bersiap-siap dan berharap di sekolah nanti dia sukses mengerjakan ujian sekolahnya dan mendapatkan nilai sesuai keinginannya. Tiba di sekolah, dia pun bersenda gurau dengan teman-teman sesama ruangannya.
       Tiba-tiba di depan mereka lewat seorang lelaki yang tak lain adalah Revan, pacar sahabatnya. Revan tersenyum pada Shila dan seolah-olah memberikan isyarat sesuatu padanya. Entah, isyarat apakah itu ? Shila bingung dengan sikap Revan seperti itu padanya. Tak lama setelah itu, handphone Shila bergetar. Ternyata sebuah pesan dari Revan. Isi pesan itu bahwa Revan mengajak Shila untuk ketemuan sepulang sekolah. Shila menghiraukan pesan dari Revan tersebut, karena dia tahu bahwa Revan adalah pacar sahabatnya. Akan tetapi, Revan terus saja mengirimkan pesan pada Shila.
      Setelah pulang sekolah, Shila mencoba memastikan bahwa Revan benar-benar berada di tempat yang sudah Revan tentukan itu atau tidak ! Ternyata memang benar Revan berada di tempat itu, tapi dia bersama Imel pacarnya sekaligus sahabat Shila. Shila pun pergi dari tempat itu dan pulang ke rumahnya. Shila merasa bahagia melihat Imel bersama Revan seperti itu.
        Sekitar  15 menit kemudian ketika Shila tiba di rumahnya, handphonenya bergetar lagi. Ternyata pesan dari Revan. Revan terus saja mengajak Shila untuk ketemuan. Akan tetapi, Shila terus saja menolaknya. Dia tidak ingin membuat sahabatnya sakit hati cuma gara-gara hal itu terulang lagi. Hingga malam tiba, Revan masih saja mengirimkan pesan pada Shila. Shila pun menjawab pesan dari Revan tersebut dan menanyakannya bahwa mengapa dia mengajaknya ketemuan terus, padahal di sekolah dia bisa melihat Shila. Pada malam itu,Revan mengirimkan pesan yang berisi :

     “ Sejujurnya aku suka dengan kamu shila, aku serius sayang sama kamu. Cewek yang aku suka itu adalah kamu. Jujur aku suka sama kamu. Aku mohon kamu mau yah jadi pacar aku. “ 

        Itulah pesan yang terus menerus Revan kirim pada Shila. Sebenarnya Revan sudah mengatakan hal itu berulang kali pada Shila tanpa sepengetahuan Imel, semenjak Revan masih pacaran dengan Imel. Shila berusaha membuat Revan untuk balikan lagi dengan Imel. Karena Shila yakin bahwa Imel sangatlah menyayangi Revan. Shila tidak ingin membuat Imel sakit hati dan mengulang kejadian masa lalunya dengan perkataan Revan seperti itu.
        Setelah ujian sekolah selesai, Revan masih saja mengajak Shila untuk ketemuan dan membicarakan hal itu. Karena Shila juga tak ingin membuat Revan kecewa, Shila pun menemui Revan di tempat yang Revan janjikan itu. Revan mengungkapkan perasaannya pada Shila.
       Tapi, Shila terus saja berkata, “ kamu harus balik lagi dengan Imel. Karena Imel itu orangnya cantik dan baik. Imel juga masih sangatlah menyayangi kamu. Janganlah kamu membuat Imel sakit hati. Apalagi kamu tahu Aku dan Imel sahabatan.” Revan terus saja diam, jika Shila membicarakan tentang Imel. Revan masih saja memohon kepada Shila untuk menerimanya dan pacaran dengannya. Shila kasihan melihat Revan seperti itu. Oleh karena itu, Shila pun menerima Revan. Shila menerima Revan karena dia menghargai perasaan Revan. Akan tetapi, Shila tak ingin bahwa hubungannya dengan Revan ada yang mengetahui. Dengan perasaan bahagia, Revan mengantar Shila pulang.
       Di perjalanan pulang, mereka berdua dilihat oleh teman Shila. Shila merasa cemas karena hubungan mereka diketahui oleh teman-temannya. Revan hanya berkata,” Biarlah mereka tahu. Itu bukan urusan mereka. Imel juga tidak bakalan marah.“

 ***

      Tiga hari setelah itu, Revan mengajak Shila jalan-jalan. Bahkan, Revan mengajak Shila menemui pamannya. Ketika paman dan adik sepupunya bertanya tentang Shila dengannya. Revan menjawab bahwa Shila itu calon istrinya. Shila merasa kaget dengan ucapan Revan tersebut. Disitulah, Shila mulai menyayangi Revan. Mereka berdua bersenda gurau. Revan selalu saja membuat Shila tertawa. Ketika pulang sekolah, Revan sering mengantar Shila pulang. Sebelumnya itu, Revan mengajak Shila jalan-jalan.
      Hari berganti hari, mereka lalui hubungannya itu. Hingga Imel mengetahui. Pada saat itu, sebagian teman sekelasnya sepertinya membenci Shila. Walaupun sakit dengan perkataan teman-temannya itu tentang hubungannya dengan Revan, Shila berusaha sabar. Shila pun memberitahukan hal itu kepada Revan. Revan berusaha menenangkan Shila dan berkata, “ Mereka itu iri dengan hubungan kita. Hiraukan saja perkataan mereka. “

***

      Suatu malam, Shila masih saja mengungkit-ungkit Imel kepada Revan sehingga membuat Revan marah dan mengira bahwa Shila akan memutuskannya. Shila tidak bermaksud seperti itu. Dia bermaksud untuk menanyakan “apakah Revan masih sayang dengan Imel atau tidak?” Revan pun berusaha membuat Shila percaya dengannya. Revan berkata lewat pesannya :

   “Seandainya masih aq chynk ii itu mantanq, pasti nda aq tembak ki dulu.Tapi untungnya aq lupa mi itu mantanq. Buat apa aq chyank ii kalau ada mi pacarq jadi masa mantan ta di chynk."

        Itulah kata-kata Revan yang membuat Shila percaya. Shila tidak ingin hubungannya dengan Revan dinamakan perusak hubungan. Shila masih ragu dengan hubungannya bersama Revan. Karena dia tahu Revan dikenal sebagai Playboy oleh teman-temannya.
      Selama sepuluh hari hubungan pacaran mereka berdua berlangsung bahagia. Hingga akhirnya hubungan mereka putus di tengah jalan. Padahal sore harinya, ketika Revan mengajak Shila jalan, hubungan mereka baik-baik saja. Akan tetapi, Shila mulai curiga dengan Revan karena pada saat Shila ingin meminjam handphone Revan, Revan seolah-olah menyembunyikan sesuatu dan tak meminjamkan handphonenya itu pada Shila. Sedih bercampur senang Shila rasakan saat itu.
        Beberapa hari kemudian, Revan mengirimkan pesan pada Shila. Akan tetapi Shila seolah-olah tidak mengenal nomor handphone Revan. Revan pun berusaha membuat Shila untuk mengenalnya. Shila merasa tidak ingin berurusan lagi dengan Revan. Karena dia merasa Revan hanya masa lalunya yang pahit.Revan seorang cowok yang pertama kali menyakiti hatinya. Revan yang membuat hatinya kecewa. Hari-hari yang menyenangkan dia lalui bersama Revan yang membuatnya terlanjur menyayangi Revan dan sulit tuk melupakannya.

***


         Satu minggu berlalu, Shila mulai melupakan Revan. Beberapa cowok  kenalan sahabat Shila mengajaknya untuk sms-an. Hal itulah yang mengobati hatinya yang luka.Walaupun belum seutuhnya. Mantan Shila yang bernama Asril sepertinya mengajak Shila untuk balikan lagi. Asril sangatlah menyayangi Shila. Asril menerima Shila apa adanya. Asril tidak pernah membuat Shila sedih bahkan meneteskan air mata sekalipun. Walaupun dalam kondisi wajah Shila yang luka bekas olesan bawang putih. Akan tetapi Shila masih bingung untuk menerima Asril atau tidak. Karena hati kecil Shila masih menyayangi Revan. Shila masih mengharapkan Revan untuk jadi pacarnya lagi. Shila juga tak ingin menyakiti hati Asril, karena gara-gara Revan dia memutuskan hubungannya dengan Asril. Karena pada saat itu Shila merasa Revan benar-benar mencintainya. Akan tetapi, semua kejadian itu ada hikmahnya buat Shila. Kejadian itu membuat Shila belajar untuk mengerti arti cinta yang sebenarnya. Jika suatu saat dia pacaran lagi,  Shila akan terlebih dahulu mempelajari sikap cowok itu, apakah dia benar-benar tulus atau hanya ingin menyakiti.

***

    Shila masih saja berusaha melupakan Revan, akan tetapi itu semua cukup sulit bagi Shila. Karena Dia masih sering kali bertemu dengan Revan. Pada saat Shila ke warnet bersama temannya, Shila melihat Revan berduaan dengan Imel di salah satu tempat di warnet itu. Sakit hati Shila rasakan ketika melihat kenyataan itu. Shila berusaha membuat dirinya ceria di tempat itu. Seakan-akan dia tak menganggap Revan ada di tempat itu.
         Sejam kemudian, Shila dan temannya pulang, dan melihat Revan dan Imel masih saja ada di tempat tersebut. Rasa sakit hati yang begitu dalam Shila rasakan saat itu hingga dia meneteskan air mata. Dia tak menyangka dengan perkataan Revan dahulu mengenai Imel. Ternyata itu semua bohong, Revan pacaran lagi dengan Imel. Dan kelihatannya Revan merasa senang-senang saja tanpa memikirkan perasaan Shila yang telah dia sakiti. Shila berusaha sabar, walaupun kenyataan itu membuat dia kecewa dan sakit hati. 

***

        Sekitar seminggu kemudian, teman-teman sesama kelas tiganya ingin mengadakan rekreasi. Shila tak ikut pada acara tersebut. Karena dia yakin bahwa Imel akan pergi juga, begitupun dengan Revan. Pasti Shila akan merasa sakit lagi, jika dia harus melihat Revan bersama Imel. Oleh karena itu, Shila memutuskan untuk tidak ikut dan memilih untuk pergi ke pantai bersama sahabatnya yang juga tidak ikut dalam acara tersebut. Shila berharap ketika dia ke pantai itu, dia bisa melupakan semua kenangannya bersama Revan.
     Keesokan harinya, Shila pun bersiap-siap untuk ke pantai itu bersama sahabatnya. Shila merasa senang sekali karena bisa ngumpul-ngumpul bersama sahabatnya. Seakan kejadian masa lalunya bersama Revan terlupakan. Mereka pun bersenda gurau di tempat itu sambil makan-makanan yang mereka bawa dari rumah. Namun hal yang Shila harapkan itu tidak terwujud. Shila bertemu Revan. Shila melihat Revan datang ke pantai itu dengan temannya, Ery.
      Ketika beberapa orang yang berkunjung di tempat itu pulang, mereka memutuskan untuk pulang juga. Shila berusaha cuek ketika lewat di depan Revan dan tak ingin menatap Revan. Walaupun Shila masih menyimpan rasa sayangnya kepada Revan, tapi dia merasa harus melupakan Revan. Hingga malam harinya, Shila mengingat lagi kenangannya bersama Revan sampai dia meneteskan air mata. Shila berkata, “ Mengapa Aku masih saja sering bertemu dengan dia, mengapa begitu sulit tuk melupakannya. Setiap Aku sudah agak melupakannya, Aku bertemu lagi dengan dia. Memang Aku masih sayang dengan dia dan Aku juga masih berharap untuk balikan lagi dengan dia. Tapi, itu tidak mungkin ! Karena Revan dan Imel pacaran lagi. Mana mungkin juga Revan merasakan hal seperti yang aku rasakan ini. Tidak mungkin juga Revan memikirkan perasaanku ini yang telah dia lukai. Ahh, bodohnya Aku yang telah menerima dia sebagai pacarku dulu. Sungguh bodoh! Bodoh aku !”
     Setiap kali Shila mendengar lirik lagu yang dinyanyikan oleh D’ BAGINDAS “ Maafkan Aku “, dia teringat lagi dengan Revan. Karena lagu itu adalah lagu kesukaan Revan. Apalagi lagu itu telah Revan kirim ke handphone Shila. Lagu itu sebagai kenangan Revan buat Shila.. ( Wait for the rest of the story ! )
CINTA PUTIH ABU-ABU
Created by : Nur Aini Fadilla

       Berseragam putih abu-abu terasa paling menyenangkan dari hal lainnya. Masa Remaja menuju masa dewasa. Banyak teman-teman baru, suasana yang baru dan cowok-cowok keren di sekolah. Awal memasuki masa ini, selalu dihantui ketakutan luar biasa membayangkan  eksperesi wajah-wajah seram kakak kelas dan MOS (masa orientasi siswa) yang banyak aturan. Kaos kaki dengan warna yang berbeda putih sebelah kanan dan hitam untuk sebelah kiri, tas dari kardus, dan diselingi dengan permainan yang konyol bagi siswa baru dan lucu bagi kakak kelas yang sok kuasa. Sangat dan sangat menyebalkan. MOS telah selesai, siswa baru bisa bernapas lega akhirnya bisa lepas juga dari kakak kelas. Memulai segalanya dengan serba baru dari seragam, sepatu, tas, sampai buku. Hehehe :D , menguras dompet yang tidak sedikit.
       Namaku Dinda. Aku adalah salah satu dari murid baru tersebut. Aku tidak menonjol seperti anak-anak lainnya. Pemalu, murah tersenyum itulah Aku. Aku mempunyai banyak teman di sekolah baruku ini. Ada satu teman yang paling dekat denganku dan sudah kuanggap seperti saudara sendiri. Namanya Haflinda, tapi Aku biasa memanggilnya Linda. Linda adalah sosok yang sangat menyenangkan buatku. Kami duduk sebangku. Dia adalah teman masa SMPku. Tiada hari tanpa tawa diantara kami. Segala yang menyedihkan kami jadikan hal yang lucu. Kami berdua sangat kompak. Orang akan bertanya bila melihat aku sendiri karena mereka sering bilang dimana ada Dinda disitu ada Linda. Tak dapat dipisahkan.
       Sekolahku lumayan luas, mempunyai lapangan basket, futsal, dan volly. Teman-teman kelasku semuanya menyenangkan, mereka baik dan sayang padaku. Terlebih temanku Intan, dia sangat sayang pada aku dan Linda. Hidupku terasa lengkap punya sahabat dalam kelas ini. Kelas kami adalah Xa.
       Suatu hari, tak sengaja Aku lewat di depan kelas Xf. Aku melihat seorang cowok yang menurutku begitu manis dan kalem. Dadaku rasanya sesak, jantungku berdegup dengan kencang, dunia rasanya akan runtuh. Pelan-pelan perasaan mengagumi menjadi menyukai dia. Namanya Farid Irawan. Aku tertarik, Linda dan Intan pun telah kuceritakan. Linda selalu setia menemaniku. Setiap istirahat, kami berdua selalu menyempatkan diri untuk jajan melewati kelasnya Farid.
       Suatu hari, aku dan Linda lewat di depan kelas Farid, tanpa sengaja Farid keluar dari kelasnya dan hampir bertabrakan denganku. Aku tak berani untuk melihat wajahnya itu, Aku gugup dan rasanya bibir ini hanya bisa tersenyum tidak jelas. Aku bergegas pergi dan menarik Linda.

“Din, lihat Farid deh, dia tersenyum kepada kamu tuh? Cie, ada yang jatuh cinta nih!” Kata Linda.
“Ahh, kamu nih. Ngga kok!” Jawabku tersipu malu.

       Tidak banyak yang aku tahu tentang Farid, Aku hanya tahu bahwa dia sesosok cowok yang sabar dan lebih sering di dalam kelas. Tapi, yang Aku dengar dari temanku yang kebetulan satu kelas dengan Farid, bahwa Farid itu pintar dan fasih dalam membaca Al-Qur’an. “ Waah, orang yang tepat! hehehe :D” Kataku dalam hati.

***

        Tak terasa satu tahun pun berlalu, Aku naik ke kelas XI dan saatnya untuk pilih jurusan apakah IPA yang setiap hari akan sibuk menghitung angka, atau IPS dengan penghafalan dan pembisnis. Aku, Linda dan Intan sepakat memilih jurusan IPS. Ketika memasuki kelas XI IPS 1, banyak  teman-teman baru yang menyenangkan terlebih lagi ada Farid disana. Spontan kami bertiga mencari tempat duduk yang tepat agar setiap hari Aku dapat melihat Farid. Keinginanku itu pun terwujud. Bangku yang Aku tempati bersebelahan dengan bangku Farid.
       Tugasku selain belajar dengan tekun bertambah lagi yakni Aku harus selalu terlihat pintar di depan Farid. Urusan dandan atau apalah itu tidak penting, karena bagiku prestasi paling penting. Aku pun selalu masuk juara umum begitupun dengan Farid. Walaupun Farid lebih pintar dari Aku. Tapi Aku senang bisa sama-sama masuk juara umum dengannya. Bahkan  pada saat pembagian kelompok belajar, Farid sekelompok denganku bersama beberapa teman lainnya. Saat ini Farid ikut dalam pelatihan Basket di sekolahku. Bila sudah saatnya bertanding, Aku mulai stres karena satu hari tidak melihatnya, maka Aku hanya berdoa agar hari itu cepat berlalu.
       Farid pernah memberikan Aku harapan. Dia sering menatapku lama, dan seolah berkata sesuatu kepadaku melalui tatapannya itu. Banyak hal yang dia lakukan dan membuatku banyak berharap dan airmata pun tidak pernah bisa tertahankan ketika Aku mendengar dia pacaran dengan adik kelas. Linda dan Intan hanya bisa ikut bersedih denganku. Melalui Facebook, Aku melihat foto mereka berdua dan itu membuatku sakit dan nyaris putus asa. Setiap selesai latihan basket, Farid selalu mengantarkan pacarnya itu pulang dan selalu lewat dihadapanku. Tapi matanya menatapku seolah ingin melihat kecemburuanku. Yang Aku lakukan hanya tersenyum dihadapan mereka dan menyembunyikan rasa perih ini.
       Dua bulan berlalu, Aku mendengar bahwa Farid putus dengan adik kelas yang pernah jadi pacarnya itu. Suatu masalah karena adik kelasnya itu selingkuh dengan teman sebayanya. Dari sorot mata Farid, Aku tak melihat rasa sakit itu.

“Lin, setelah putus dengan adik kelas itu, Farid  kelihatannya tidak begitu sedih. Padahal kan, mereka cukup lama pacaran.” Ucapku bertanya-tanya dengan pertanyaan yang aneh-aneh.
“Din, sebenarnya ada sesuatu hal yang aku sembunyikan ke kamu selama ini. Farid sebenarnya suka dan sayang dengan kamu.” Jelas Linda.
“Tapi.. Tapi, kenapa dia pacaran dengan adik kelas itu?” Ujarku dengan penasaran.
“Iyah, tapi dia hanya ingin membuktikan, apakah kamu benar-benar sayang sama dia. Nah buktinya ketika Farid pacaran kamu cemburu, kan!” Ucap Linda.
“Jadi, ketika dia selalu mengantarkan pulang mantannya itu, dia juga sengaja?” Tanyaku.
“Iya, benar. Itu semua rencanaku dengan Farid.” Jelas Linda.

 ***

      Tiba sudah diakhir masa SMA, Aku sudah di kelas XII IPS 1. Perasaan sayang pada Farid masih ada terukir dengan indahnya. Linda selalu menuntunku untuk tidak jatuh pada masalah hatiku. Beruntungnya Aku memiliki sahabat-sahabat  yang selalu menghiburku, Aku kembali dengan kebiasaanku bersaing pelajaran dengan yang lain dan hati tetap terpusat pada Farid.

“ Linda, katanya Farid sayang sama Aku. Ini sudah 6 bulan lamanya. Tapi kenapa, dianya nggak nembak-nembak juga. Atau dia sudah melupakan Aku begitu saja. Akhir-akhir ini dia juga sibuk dan jarang ketemu dengan Aku.” Ucapku.
“ Semua Akan Indah Pada Waktunya.” Ucap Linda dengan suara yang begitu bermakna.

       Ujian akhir sekolah kulalui dengan baik. Nilai yang cukup memuaskan yang Aku dapatkan. Aku lulus, Linda dan Intan juga lulus. Masa depan kami bertiga ada di depan mata. Saatnya kami melangkah. Acara perpisahan yang menyedihkan. Aku pasti sangat merindukan masa-masa ini. Suka duka yang ada selama 3 tahun. Semua menangis bahagia campur sedih. Aku, Intan dan Linda berpelukan karena sebentar lagi kami akan berpisah. Ijasah telah Aku dapat. Aku melanjutkan masa depanku dengan kuliah di luar kota bersama sahabatku Linda. Intan melanjutkan kuliahnya ke luar negeri ikut dengan keluarganya. Kami bertiga berjanji untuk tidak akan melupakan masa-masa menyenangkan ini. Begitupun dengan Farid yang juga lulus, tapi saat itu sama sekali Aku tidak melihatnya. Kata teman-teman, Farid tadi buru-buru dijemput oleh keluarganya setelah mendengar pengumuman kelulusan.

***

       Di taman kota, Linda mengajakku untuk bertemu. Aku pun pergi ke taman itu. Sesosok Pria keren dan memakai topi membelakangiku, tepat didekat Linda.

 “ Siapa gerangan dia? Ahh, mungkin pacar Linda kali yang mau dikenalin sama Aku.” Hatiku  bertanya-tanya dengan penasaran. Tiba-tiba....
 “Hmm.. Kamu? Kamu Farid, kan!” Ucapku dengan terkejut.
 “Iya, Aku Farid. Dinda yah?” Balas Farid.
“Lama banget, kita nggak ketemu. Kamu lanjut dimana?” Tanyaku kepada Farid sambil menjabat tangannya.
“Sekarang, aku kuliah di salah satu Universitas di kota ini. Kamu gimana kabarnya? Ucap Farid.
“Alhamdulillah, baik-baik saja!” Jawabku sambil tersenyum.
“Hmm, Aku pergi disana dulu yah. Sebentar saja kok. Tunggu aku disini yah!” Ujar Linda.
 “Jangan lama-lama yah?” Kataku kepada Linda.
 “Dinda, kita cukup lama yah berpisah. Aku kangen sama kamu. Ada sesuatu hal juga yang ingin aku utarakan ke kamu.”  Ucap Farid dengan serius.
“Yah, apa?” Balasku dengan penuh penasaran.
“Aaa..kuu.. Aku sayang sama kamu Dinda? Perasaan ini sudah lama aku pendam. Sejak SMA, dan saat inilah waktu yang tepat untuk aku ngungkapinnya. Kamu mau ngga jadi pacarku sekaligus yang akan jadi istriku kelak?” Jelas Farid memegang tangan Dinda.
“Hmm, Gimana nih Aku jawabnya! Tapi sebenarnya Aku juga sayang dengan Farid.” Ucapku dalam hati.
“Dinda, kamu mau kan? aku sayang dan cinta sama kamu.” Tanya  Farid.
“Hmm..... Iii..yah, Aku mau. Aku juga sayang sama kamu.” Jawabku dengan perasaan degdegan.
“ Cie,,, ada yang baru jadian nih! Sweet..sweet.. Romantis banget!” Ucap Linda yang datang menghampiri kami, dan ternyata semua ini telah Linda rencanakan bersama Farid.

       Farid adalah cinta pertamaku di Masa SMA. Dari dia, Aku belajar memahami, bersabar, berkorban tanpa pamrih, meneteskan air mata, rajin belajar dan mengembangkan bakatku. Tanpa dia sadari, dia adalah inspirasiku untuk jadi lebih baik.Semua itu tidak sia-sia karena tiba saat waktunya, keinginanku untuk bersamanya terwujud. Terima kasih banyak Ya Allah, telah kirimkan seseorang seperti Farid dalam masa Putih Abu-Abu.




Sabtu, 23 Februari 2013

KISAHKU WITH MY BEST FRIEND

BEST FRIEND FOREVER
Created by : Nur Aini Fadilla

        Persahabatan akan saling mengerti, merasakan, dan saling membantu. Persahabatan itu abadi dan tak mengenal waktu. Demikian persahabatanku ini, sebuah persahabatan yang aku jalani ini begitu bahagia. Aku tak bisa melupakannya. Kami bersahabat sudah lama, sejak SD bahkan sampai sekarang. Walaupun kami berbeda sekolah. Tapi, kami tetap bisa  kumpul kumpul bersama, apalagi jika ada waktu luang. Aku, Ira dan Mita sering sekali curhat-curhatan jika kami saling bertemu. Pada saat kelas VI SD, kami mulai sangat akrab. Pada saat itulah kami menjalin sebuah persahabatan. Karena kami masih kekanak-kanakan, kami pun sempat terpikir membuat sebuah ‘Genk’. Kami memberikannya nama ‘Princess of Three’ yang artinya ‘Tiga Putri’. Pada saat jam istirahat di sekolah, kami kumpul dan membicarakan rencana itu.

       “Hai! bagaimana nih rencana tentang pembuatan Genk kita? Kita jadikan untuk  meresmikannya?” Seruku.
         “Iya nih! gimana rencananya?” sambung Ira.
         “Iya, jadi donk. Nama Genknya tetap itu, kan?” kata Mita.
         “Iya, itu saja, keren loh !” jawabku.

         Bertepatan pada tanggal 14 Februari 2008 genk itu di bentuk. Kami menjalani hari-hari bersama. Pulang sekolah bersama, dan selalu bersama seperti layaknya besi dan magnet yang sulit dipisahkan. Suatu ketika, kami bertiga pergi ke perpustakaan Daerah yang ada di Barru. Tempat itu merupakan salah satu tempat favorit kami.

         “Dil, entar jadi nggak ke perpustakaan?” tanya Ira.
         “Insya Allah, jadi. Tapi, kira-kira jam berapa yah bagusnya?” jawabku.
         “Bagaimana kalau pukul 02.00 siang nanti. Kita kumpul di rumah Mita, yah!” kata Ira.
         “Oke!” seruku.

        Sepulang sekolah, Aku pun bersiap-siap ke rumah Mita. Di jalan menuju rumah Mita, Aku bertemu dengan Ira, kami berdua langsung ke rumah Mita. Sesampainya di rumah Mita, kami berdua sempat bercanda karena saat itu Mita sedang tidur dan kami dipersilahkan masuk ke kamar Mita oleh Ibunya.

       “Mita nampaknya tertidur pulas, ahah! Aku punya ide nih?” ucapku sambil tersenyum.
       “Ide apa, jangan bilang kamu mau kerjain Mita?” ujar Ira.
       “Yah itu maksud aku. Yuk kita bangunkan Mita. Kita Kerjain dia! Oke!” jelasku sambil menarik Ira masuk ke kamar Mita.
       “Satu..dua..tiga, MITAAA!! Bangun. Udah jam berapa nih, kamu terlambat ke sekolahnya.” seruku sambil membangunkan Mita.
       “Dilla, Dilla. Kejahilan kamu mulai lagi deh!” ucap Ira.
       “Hmm, teman-teman Mita ada-ada ajah.” kata Ibu Mita.

       Dengan kaget, akhirnya Mita bangun juga.

        “Hmm...”  ucap Mita sambil membuka matanya dan baru menyadari bahwa kami berdua mengerjainnya. Kemudian berteriak memanggil nama kami berdua.
        “DILLAAA, IRAAA!!” teriak Mita dengan kesal.
        “Hehehe... SORRY!” ucapku.

                Kami berdua pun meminta maaf kepada Mita dan menyuruhnya untuk bersiap-siap ke perpustakaan Daerah. Tiba di perpustakaan Daerah, kami pun mencari buku yang menarik untuk dibaca, setelah itu kami pun pergi ke taman yang ada di belakang gedung perpustakaan Daerah dan membaca buku sambil melihat tingkah laku para pengunjung lainnya. Disamping itu, kami juga berfoto-foto di taman itu. Bahkan foto saat itu masih tersimpan sampai sekarang. Kami kadang tertawa melihat foto itu karena wajah kami saat itu masih terlihat lucu.

“Dilla, Mita! Kalau dipikir-pikir soal genk itu, sebaiknya kita bubarin saja yah!  Karena menurutku genk itu hanya membeda-bedakan teman dan biasanya timbul permasalan serta nilai positifnya juga tidak ada di mata orang lain.” jelas Ira.
“Tapi kita tetap bersahabat, kan!” tanya Mita.
“Iyalah, bahkan Sahabat Selamanya ‘ BEST FRIEND FOREVER’!” ucapku tersenyum gembira.

      Tanpa disengaja, kami berteriak “SELAMANYA”. Orang-orang yang ada di taman itu, tiba-tiba menoleh melihat tingkah kami. “ Huttss....” kata Ira sambil tersenyum.


***


         Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu meninggalkan masa kanak-kanak menuju masa remaja. Masa SMP, dan untuk pertama kalinya kami merasakan MOS (Masa Orientasi Siswa). Berbagai persiapan pun kami lakukan. Waktu itu, kami merasa kesulitan mencari bahan untuk persiapan MOS karena bahan yang kami cari sulit di dapatkan saat itu.

         Di rumahku, kami pun membuat berbagai atribut yang akan kami kenakan pada saat MOS.

“Eh..eh, kalian lihat nggak Kakak OSIS ganteng tadi, kalau tidak salah namanya Kak Randy loh.” ucap Mita.
“Iyah..iyah.. Aku juga lihat Kakak itu. Hmm, dia ganteng yah!” sambungku sambil tersenyum.
“Ahh, kalian ini ada-ada saja. Yuk, kita selesaikan cepat topi dan gelang ini. Besok kan harus dipakai, kalau bahan ini belum selesai nanti dihukum loh! ” seru Ira.

    Kami pun segera menyelesaikan bahan yang kami buat.

        Hari menegangkan pun dimulai.Banyak kejadian menarik yang takkan terlupakan saat MOS. Salah satunya yaitu pada saat chaos, dan ada juga kejadian memalukan yang takkan kami lupakan yaitu kami harus berpenampilan seperti orang gila. Karena kami harus berpakaian putih biru dengan pita merah yang dilekatkan pada jilbab, memakai kaos kaki yang berbeda sebelah kanan warna putih dan sebelah kiri warna hitam, kantong plastik sebagai tas,dan kaleng susu yang digantungkan dileher. Yang paling parahnya lagi dikaleng susu itu harus ditulis dengan kalimat ‘HARGA SAYA SERIBU’ itu pengalaman takkan kulupakan pada saat MOS. Tapi, semua itu tidak menghalangi rasa senang kami.

        Banyak kisah menarik yang aku lalui dimasa SMP. Suka duka telah kami lalui bersama. Apalagi pada saat ujian akhir sekolah dimulai. Kami selalu belajar bersama sampai ujian berakhir. Akhirnya hari yang kami tunggu-tunggu sekaligus hari menegangkan bagi kami, dimana hari itu akan dibacakan hasil kelulusan kami. Tetapi ketegangan kami ini terbalaskan dengan senyum dan tangis bahagia saat pak guru mengatakan bahwa seluruh siswa SMPN 1 TANETE RILAU dinyatakan ‘LULUS’ 100 %. Serentak semua siswa yang mendengar itu berlari sambil berteriak sekencangnya ‘LULUS.....!!!’dan kami langsung menemui guru-guru yang telah mengorbankan waktunya demi kami semua dan mencium tangannya sebagai hormat kami. Saat Aku, Ira, dan Mita bertemu kami langsung berpelukan sambil berteriak ‘LULUS’. Itulah kebahagian kami pada masa SMP dan semua pengorbanan kami tidak sia-sia.

***

        Walau sangat berat meninggalkan masa-masa SMP yang begitu indah dan disitulah aku harus berpisah dengan dua sahabat terbaikku. Namun, kami selalu menyempatkan diri untuk kumpul kumpul bersama, apalagi jika ada tugas sekolah yang kami tidak tahu pasti kami mengerjakannya bersama dan saling bertukar pikiran tentang tugas yang tidak kami mengerti. Pada masa ini banyak pengalaman yang membuat aku menyadari pentingnya seorang sahabat karena jika kita tidak mempunyai sahabat, kebahagian itu tidak akan terasa lengkap. Karena sahabat adalah teman suka duka kita. Sahabat selalu hadir disisi kita dikala senang maupun duka. Seperti saat nenek aku sakit, dua sahabatku menyempatkan diri menjenguk nenekku. Mereka juga membantuku ketika nenekku keluar dari rumah sakit, yakni membawakan barang-barang yang nenekku gunakan saat di rumah sakit. Itulah sekilas kisah persahabatanku yang kujalani sampai sekarang bahkan untuk selamanya. Amin!



 Me And Mita  :)
 

 Me And Ira  :)