Jumat, 10 Januari 2014

Kisah Cinta Shila Part 7



SANDI
Oleh : Nur Aini Fadilla


Di pagi yang cerah ini, hatiku sangat bahagia. Sudah lama aku tidak merasakan ke bahagiaan seperti ini. Kebahagiaan dimana aku merasakan sesuatu  yang berbeda bersemi kembali di hatiku. Masalah dengan penuh tanda tanya itu telah terjawab sudah di balik pembicaraanku dengan mama Farhan dua hari yang lalu. Perasaanku yang dulu sulit memudar seakan-akan kembali utuh dengan adanya semangat cinta, hatiku kembali merasakan cinta yang dulu pernah singgah namun terbang entah kemana.

        “Shila, kamu kelihatannya senang banget. Ada apa? Cerita dong! “ucap sahabatku hapdaliah.
         “Hehehe, mau tahu aja atau mau tahu banget?” ucapku sambil melontarkan candaan kepada sahabatku itu.

  Sahabatku hapdaliah masih penuh dengan tanda tanya karena melihat kesenanganku. Hingga tiba waktunya pada saat jam istirahat, aku menceritakan kegembiraanku itu kepada hapdaliah.

 “Shila, cerita dong ma aku. Aku dari tadi penasaran loh dengan kesenangan kamu hari ini.”
“kenapa yah? Kasi tahu ngga yah?”
“Kasi tahu dong! “
 “Begini loh hapda, soal teleponan aku sabtu kemarin itu loh. Mamanya Farhan?”
  “Hmm, iyah. Emangnya kenapa dengan mamanya Farhan? Cepetan dong ceritanya ntar ke buru kita masuk lagi.”
  “Iya deh, mamanya Farhan masih mengharapkan hubungan aku dengan Farhan berlanjut.”
  “Ahh, yang benar? Bagus dong kalau gitu.”

        Di saat susah maupun senang, hal ini pasti tak lupa aku ceritakan kepada hapdaliah, walaupun terkesan menurut teman-teman hapdaliah orangnya pendiam. Tapi dia orangnya asyik di ajak curhat.

               Sepulang sekolah, aku pulang bersama dengan hapdaliah. Rasa senangku masih tetap menggebuh. Sekitar 15 menit perjalanan dari SMA NEGERI 1 BARRU, aku pun tiba di rumah kesayanganku di padaelo kecamatan tanete rilau.

       Handphoneku berdering, satu pesan diterima dari Haprisan Farhan.

            “Hahahay, senyum-senyum ni ye kakakku. Pesan dari Farhan yah? Ayo ngaku! Tadi pagi dia  juga sms kakak. Cwet, cwet..” ucap adikku Risya.
“Emangnya kenapa kalau gue senyum, masalah yah buat loh?”
“Iya, masalah emang. Kan jadinya ribet kalau kakak terus senyum-senyum sendiri. Bisa-bisa kakak dimasukin ke rumah sakit jiwa. Hehehe...”
“Risya.....”
“Peace kakakku, ayo lari nanti kakak Shila semakin gila tuh.. Tante Ani kakak Shila tuh, dia gila!”
“Risya, aku ngga gila tahu! Pergi sana? Huss..huss”

           Pesan dari Farhan yang menyapaku membuat hatiku semakin bahagia tak menentu. Sms itu terus berlanjut hingga malam hari. 

***

            Luka ini memang membuat hati ini sakit. Jujur aku bersedih karena kau telah membuat kecewa karena janji yang tak sengaja kau ingkari. Namun aku akan lebih dewasa jika bisa melewati semua ini. Setelah mama kamu menjelaskan semuanya, aku jadi tahu bahwa kamu benar-bnar menyayangiku.

Kringg..kringg...
Handphoneku berdering kembali, ternyata telepon dari Farhan malam ini.

“Assalamualaikum..” kata Farhan dengan nada suara yang ingin membuat lelucon.
“Wa’alaikum salam” jawabku.
“Ehem..ehem,, Pa kabar?”
“Alhamdulillah, baik. Kamu gimana kabarnya?”
“Hmm, Alhamdulillah. Aku juga disini baik-baik aja.”

            Di tengah-tengah obrolan kami, dia bertanya, “Siapa pacar kamu sekarang?”.

 “Hmm, ngga ada, aku ngga punya pacar. Emangnya kenapa?” kataku heran.
“Ngga papa, aku cuma bertanya saja.
“Kirain kamu udah punya pacar!”.
“Heheh, ngga ada kok. Kamu pasti udah punya pacar yah? Hayoo!!”.
“Ngga ada juga. Kan aku punya seseorang yang masih aku sayang?”
“Hmm, apa? Kamu bilang apa tadi? Cwet.cwet.. Siapa tuh?”
 “Eh, ngga ada papa kok. Oh iya, ada yang nitip salam sama kamu? Namanya Sandi!”
 "Sandi? jangan-jangan dia kenal dengan mantan aku. hmm..." pikirku penuh tanya.
 “Hah? Sandi? Perasaan aku ngga punya kenalan deh yang namanya Sandi. Ada-ada aja kamu.”
 “Cie, cie.. Aku jadi cemburu nih? Ehem, ehem.." 
 “Aduh, gimana sih. Aku ngga kenal juga orang itu. Ngga papa lagi kalau dia nitip salam. Hehehe..”
“Kamu mau tahu sandi itu siapa? Sandi itu, Saya Sendiri. Hehehe..” 
 “Hmm... Ada-ada aja kamu.” 
 “Iyah, emang bener kok. Hmm..”

Menjelang magrib, kami masih saja ngobrol sampai-sampai sahabat aku Mita berkata,”Shila, lama banget kamu neleponnya? Aku saja yang sedari tadi teleponan dengan Kak Iwan, udah selesai. PEACE!!”. ”Hehehe, hutts..” ( Wait for the rest of the story ! )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar