SANDI
Oleh : Nur Aini Fadilla
Di pagi yang
cerah ini, hatiku sangat bahagia. Sudah lama aku tidak merasakan ke bahagiaan
seperti ini. Kebahagiaan dimana aku merasakan sesuatu yang berbeda bersemi kembali di hatiku.
Masalah dengan penuh tanda tanya itu telah terjawab sudah di balik
pembicaraanku dengan mama Farhan dua hari yang lalu. Perasaanku yang dulu sulit
memudar seakan-akan kembali utuh dengan adanya semangat cinta, hatiku kembali
merasakan cinta yang dulu pernah singgah namun terbang entah kemana.
“Shila, kamu kelihatannya senang
banget. Ada apa? Cerita dong! “ucap sahabatku hapdaliah.
“Hehehe, mau tahu aja atau mau tahu
banget?” ucapku sambil melontarkan candaan kepada sahabatku itu.
Sahabatku hapdaliah masih penuh dengan tanda tanya karena melihat kesenanganku.
Hingga tiba waktunya pada saat jam istirahat, aku menceritakan kegembiraanku
itu kepada hapdaliah.
“Shila, cerita dong ma aku. Aku dari tadi
penasaran loh dengan kesenangan kamu hari ini.”
“kenapa yah? Kasi tahu ngga yah?”
“Kasi tahu dong! “
“Begini loh hapda, soal
teleponan aku sabtu kemarin itu loh. Mamanya Farhan?”
“Hmm, iyah. Emangnya
kenapa dengan mamanya Farhan? Cepetan dong ceritanya ntar ke buru kita masuk
lagi.”
“Iya deh, mamanya Farhan
masih mengharapkan hubungan aku dengan Farhan berlanjut.”
“Ahh, yang benar? Bagus
dong kalau gitu.”
Di saat susah maupun senang, hal ini pasti tak lupa aku ceritakan kepada
hapdaliah, walaupun terkesan menurut teman-teman hapdaliah orangnya pendiam.
Tapi dia orangnya asyik di ajak curhat.
Sepulang sekolah, aku pulang bersama dengan hapdaliah. Rasa senangku masih
tetap menggebuh. Sekitar 15 menit perjalanan dari SMA NEGERI 1 BARRU, aku pun
tiba di rumah kesayanganku di padaelo kecamatan tanete rilau.
Handphoneku berdering, satu pesan diterima dari Haprisan Farhan.
“Hahahay, senyum-senyum ni ye
kakakku. Pesan dari Farhan yah? Ayo ngaku! Tadi pagi dia juga sms kakak.
Cwet, cwet..” ucap adikku Risya.
“Emangnya kenapa kalau gue senyum,
masalah yah buat loh?”
“Iya, masalah emang. Kan jadinya
ribet kalau kakak terus senyum-senyum sendiri. Bisa-bisa kakak dimasukin ke
rumah sakit jiwa. Hehehe...”
“Risya.....”
“Peace kakakku, ayo lari nanti kakak
Shila semakin gila tuh.. Tante Ani kakak Shila tuh, dia gila!”
“Risya, aku ngga gila tahu! Pergi
sana? Huss..huss”
Pesan dari Farhan yang menyapaku membuat
hatiku semakin bahagia tak menentu. Sms itu terus berlanjut hingga malam
hari.
***
Luka
ini memang membuat hati ini sakit. Jujur aku bersedih karena kau telah membuat
kecewa karena janji yang tak sengaja kau ingkari. Namun aku akan lebih dewasa
jika bisa melewati semua ini. Setelah mama kamu menjelaskan semuanya, aku jadi
tahu bahwa kamu benar-bnar menyayangiku.
Kringg..kringg...
Handphoneku
berdering kembali, ternyata telepon dari Farhan malam ini.
“Assalamualaikum..” kata Farhan dengan
nada suara yang ingin membuat lelucon.
“Wa’alaikum salam” jawabku.
“Ehem..ehem,, Pa kabar?”
“Alhamdulillah, baik. Kamu gimana
kabarnya?”
“Hmm, Alhamdulillah. Aku juga disini
baik-baik aja.”
Di tengah-tengah obrolan kami, dia
bertanya, “Siapa pacar kamu sekarang?”.
“Hmm, ngga ada, aku ngga punya pacar. Emangnya
kenapa?” kataku heran.
“Ngga papa, aku cuma bertanya saja.
“Kirain kamu udah punya pacar!”.
“Heheh, ngga ada kok. Kamu pasti
udah punya pacar yah? Hayoo!!”.
“Ngga ada juga. Kan aku punya
seseorang yang masih aku sayang?”
“Hmm, apa? Kamu bilang apa tadi?
Cwet.cwet.. Siapa tuh?”
“Eh, ngga ada papa kok. Oh iya, ada yang nitip
salam sama kamu? Namanya Sandi!”
"Sandi? jangan-jangan dia kenal dengan mantan aku. hmm..." pikirku penuh tanya.
“Hah? Sandi? Perasaan aku ngga punya kenalan deh yang namanya Sandi. Ada-ada aja kamu.”
“Cie, cie.. Aku jadi cemburu nih? Ehem, ehem.."
"Sandi? jangan-jangan dia kenal dengan mantan aku. hmm..." pikirku penuh tanya.
“Hah? Sandi? Perasaan aku ngga punya kenalan deh yang namanya Sandi. Ada-ada aja kamu.”
“Cie, cie.. Aku jadi cemburu nih? Ehem, ehem.."
“Aduh, gimana sih. Aku ngga kenal juga orang
itu. Ngga papa lagi kalau dia nitip salam. Hehehe..”
“Kamu mau tahu sandi itu siapa? Sandi itu, Saya Sendiri. Hehehe..”
“Kamu mau tahu sandi itu siapa? Sandi itu, Saya Sendiri. Hehehe..”
“Hmm... Ada-ada aja
kamu.”
“Iyah, emang bener kok. Hmm..”
Menjelang
magrib, kami masih saja ngobrol sampai-sampai sahabat aku Mita berkata,”Shila,
lama banget kamu neleponnya? Aku saja yang sedari tadi teleponan dengan Kak Iwan,
udah selesai. PEACE!!”. ”Hehehe, hutts..” ( Wait for the rest of the story ! )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar