Pembicaraan Via Telepon
Oleh : Nur Aini Fadilla
Melupakanmu
butuh waktu yang lama. Entah mengapa? Aku butuh kamu dalam hidupku. Cinta,
cinta itu misterius. Sulit ditebak apa maunya. Tapi cinta itu sebuah kebutuhan
setiap insan di dunia.
Sabtu, 25
Mei 2013...
Waktu menunjukkan pukul 13.00 WITA. Saatnya berangkat ke sekolah dan
melanjutkan aktivitas yakni latihan upacara. Tenth Six mendapat giliran
bertugas upacara pada hari seninnya.
Di
perjalanan....
085265xxxxxx
Nomor handphone asing meneleponku. Tak ada suara, namun setika itu pula sms
masuk. Short Message : “Diangkat yah teleponnya! Ini tante,
mamanya Farhan.”
Jantungku berdebar tak menentu. “Ada apa ini? Kok mamanya Farhan pengen nelepon
aku?” ucapku dalam hati. Short Message Answer :
“ Tante, nanti yah
meneleponnya karena sekarang aku lagi naik mobil. Maaf yah tante, nanti kalau
udah tba di sekolah aku sms tante.”
Tiba di
sekolah...
Handphoneku berdering. Sebuah nama yang tak asing lagi yakni mamanya Farhan
meneleponku seperti apa yang aku janjikan tadi.
“Halo, assalamualaikum.” ucap mama
Farhan sembari memulai pembicaraan via telepon.
“Wa’alaikum salam, tante.” jawabku.
“Nih dengan nak Shila yah? Bagaimana
kabar kamu dan keluarga disana?”
“Alhamdulillah, baik kok tante.
Kalau tante gimana kabarnya?”
Obrolan terus berlanjut hingga pada inti pembicaraan mengenai hubungannya
dengan Farhan. Mama Farhan masih menginginkan hubungan Shila berlanjut.
Menceritakan banyak hal tentang Farhan hanya untuk Shila.
“Nak, kamu sekarang udah kelas berapa?” tanya
mama Farhan.
“Aku udah kelas 1 SMA tante. Gimana
dengan Farhan tante, lanjut SMAnya dimana tante?” jawabku sembari menanyakan
tentang Farhan.
“Tante lanjutin sekolahnya Farhan di
Mamuju karena disana dia juga bisa tinggal bersama Neneknya. Cita-citanya untuk
menjadi seorang dokter sangat kuat. Dia pernah cerita sama tante mengenai
keinginannya untuk membahagiakan tante. Dan hal itu membuat tante terharu
mendengarnya.” ujar Mama Farhan yang menceritakan banyak hal tentang Farhan.
“Iyah tante, dia juga pernah cerita
sama aku mengenai cita-citanya yang kuat itu untuk menjadi serang dokter.”
“Oh iyya, nak umur kamu udah
berapa?”
“Kalau umur aku tante udah 16 tahun.
Kelahiran tahun 1996, tante.”
“Tepat banget nak, Farhan suka
dengan orang yang lebih dewasa dari dia. Dan itu adalah kamu. Farhan
kelahirannya tahun 1998. Tepatnya pada awal bulan januari.”
“Hmm, iyah tante.” ucapku dengan
senyum bahagia.
“Tante juga pengen cerita sama kamu
dan sekaligus tante dengan Farhan minta maaf karena ramadhan kemarin tante
belum sempat datang ke rumah kamu. Saat itu, farhan ingin sekali menemuimu
karena ada sebuah hadiah yang ia ingin berikan kepada kamu. Farhan merasa malu
untuk bicara dengan kamu karena ia takut buat kamu kecewa. Untuk itu tante
hanya menyampaikan hal itu pada tante
Ani.”
“Hmm, iya tante. Ngga papa
kok.”
“Tapi Farhan merasa bersalah
sama kamu, shila. Pada saat mobilnya lewat soppeng. Farhan bilang rumahnya
shila mana, ma. Ayo kita mampir dulu ke rumahnya untuk memberikan hadiah
ini. Tante cuma bisa bilang bahwa pulang nanti kita singgah kok ke rumah shila.
Namun nyatanya pada saat pulang pun mobilnya tetap lewat soppeng.”
“Aduh, tante. Tidak papa kok. Kan
bisa lain kali tante datang ke rumah aku bersama Farhan.”
“Iya, nak. Rencananya tante pada
saat idul adha tante pengen ke rumah nak Shila. Karena kebetulan juga neneknya
Farhan ingin berangkat haji.”
“Iyah, tante. Aku tunggu yah
kedatangannya.”
Itulah pembicaraan aku dengan mama Farhan. Aku senang banget mendengarnya.
Ternyata mama Farhan menyetujui hubungan kami berdua terus berlanjut.
Perasaanku kepada Farhan masih sangat melekat di hatiku. Tak bisa ku pungkiri
bahwa aku masih sayang dia... ( Wait for the rest
of the story ! )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar